Sabtu, 09 Mei 2009

ngawangkong

Ngwangkong Seputar Bandung

Bandung, sebuah kota yang pernah dijuluki parjis van java karena keindahannya dan kesejukkan alamnya. Kini, Bandung telah berubah wujud menjadi kota metropolitan dimana Bandung menjadi kota yang syarat komersialisme dan pragmatisme. Tapi ada satu yang tak berubah, malah mungkin cenderung semakin maju yaitu kreatifitas barudak Bandung.

Karya barudak Bandung saat ini ada di mana-mana, dari bidang seni sampai sains. Perhatikan pengamen yang ada di daerah Bandung dan di kota lain seperti Jakarta, ada bedanya gak? Lihat pengamen mana yang lebih kreatif? Saya sebagai pencinta angkutan umum ^_^ sering mendengar berbagai jenis pengamen yang ada di Bnadung, juga beberapa kali mendengar pengamen yang ada di kota lain. Hasilnya, menurut pengamatan saya yang sederhana, pengamen Bandung lebih kreatif, misalnya dengan lagu-lagu karangan mereka sendiri, yang kocak, enak didenger bahkan sering kali kritis, atau dengan instrument yang digunakan mulai dari gitar, harmonica, biola, kecrek, drum kecil, pianica, perkusi, seksofone, kendang, suling dan lain-lain.

Tidak cukup sampai disitu, lihat band-band indie yang ada di Bandung maupun yang sudah punya nama di pertelevisian Indonesia, pemain sinetron, serta seniman lainnya yang kebanyakan berasal dari Bandung.

Atau beberapa penemuan dibidang sains yang diciptakan oleh pelajar Bandung, misalnya alat-alat sederhana tapi inofatif yang diciptakan mahasiswa ITB, ITENAS, dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Yang lebih menggembirakan lainnya adalah dibidang kreasi recycle yang diciptakan warga Bandung, seperti pembuatan paying tas dan lain-lain dari bungkjus plastic produk sabun, membuat kerajinan dari bubur kertas, bahkan perakitan logam bekas menjadi sebuah miniature alat elektronik dan transportasi, dan masih banyak lagi.

Anugerah yang diberikan pada kota Bandung ini seharusnya menjadi berkah yang patut dijaga dan disyukuri, bukan malah dieksploitasi. Kehidupan yang mengarah pada kmersialisme hal sekecil apapun, menjadi suasana Bandung gerah. Eksploitasi alam, eksploitasi air tanah, eksploitasi lahan hijau menjadi perumahan dan mall, dan masih banyak jenis eksploitasi lainnya.

Penyakit kota metropolispun kita sedikit demi sedikit menjangkit Bandung. Seperti terjadinya kesenjangan sosial yang tajam antara si kaya dan si miskin, kebebasan yang tanpa batas dalam menyerap informasi, dimana sekarang video porno misalnya, menjadi hal yang sangat lumrah dimiliki dan dinikmati anak dibawah umur, indifidualisme, dan penyakit-penyakit lain yang jika dibiarkan dapat berbahaya.

Satu sisi perubahan itu adalah mutlak dan baik. Tapi perubahan hanya bersifat unvaluelable, perubahan dapat menajadi positif maupun negative jika diberi nilai oleh manusia. Kebebasan mendapatkan informasi teknologi seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kemaslahatan manusia.

Sungguh inidah jika semua potensi yang ada di Bandung ini dapat kita jadikan sebagai alat untuk mewujudkan Bandung yang bermartabat. Kembangkan terus IMTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) tapi jangan lupakan IMTAK (iman dan Takwa). Cintai lingkungan Bandung yang masih menyisakan eksotismenya ini. Gunakan fasilitas informasi yang berseliweran, dan jadikan kota Bandung benar-benar indah, damai dimata, damai dihati. ^_^ keep Bandung Baeutyfull euy…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar