Sabtu, 30 April 2011

Malu itu Mahal


NGERRIIIIIIIIII.....liat DIA yang dengan santainya nanggepin kenapa kehamilannya lebih tua dari usia pernikahan "ya ini kan anugrah, padahal kan waktu itu lagi persiapan pernikahan, lagi cape2nya, kirain gakkan jadi, eh malah jadi (sambil senyum2 bangga)"...semua perbuatan itu diakuinya tanpa ada mimik rasa bersalah atau malu sedikitpun, dibalik alasan KITA SUDAH DEWASA, kasian remaja2 yang punya idola seperti dia disekoki pendidikan moral tanpa rasa malu,,,,KEMANA PERGINYA RASA MALU BANGSA INI?


monyet aja punya malu......
Jangan terlalu memusatkan perhatian pada NII KW IX yang mencuci otak dan memasukkan aliran2 sesat. Tapi kita sering lupa, pencucian otak yang lebih efektif adalah pemberitaan2 tentang moral bangsa ini, bagaimana banyak pasangan yang berbuat zina dan dengan bangga mengakuinya didepan media yang ditonton jutaan pasang mata, bagaimana para politisi mengumbar nafsunya saat membicarakan nasib rakyat, bagaimana para koruptor melancarkan hobbynya memakan uang rakyat, tanpa rasa malu...itulah pencucian otak yang paling efektif. Jangan heran jika saat ini pergaulan sebagian penghuni Indonesia sudah kehilangan nafas melayu,,,,kehilangan rasa malu....NGERIIIII...betapa mahalnya rasa malu.....

Senin, 04 April 2011

MULAI MENULIS

“Menuliskan pikiran dan perasaan mendalam yang menyimpan pengalaman traumatis dapat menghasilkan suasana hati lebih nyaman, pandangan yang lebih positif, dan kesehatan fisik yang lebih baik” James W. Pennebaker

Dasyatnya akibat menulis banyak diungkapkan berbagai tokoh dunia maupun nasional. Dengan menulis seseorang tidak usah berteriak-teriak mengungkapkan isi hati dan pikirannya. Hernowo, penulis buku terkenal mengemukakan orang yang sukses biasanya orang yang dapat mengungkapkan pikirannya (melalui menulis atau berbicara).

Mari mulai dengan awal menulis. Materi ini saya dapat ketika mengikuti pelatihan menulis beberapa waktu lalu. Saya bukan penulis, hanyalah seseorang yang sedang berbagi apa yang “nyangkut” di otak dan hati saya mengenai how to be a professional writing.

Hambatan Menulis

Menulis bukan sebuah keahlian yang dimiliki begitu saja. Menulis merupakan keahlian yang dilatih. Bakat hanya berpengaruh 1 % terhadap kemampuan menulis, sisanya adalah latihan. Tidak semua orang dapat menulis dengan lancar sebagus dan selancar yang dia inginkan. Banyak hambatan menulis yang terkadang membuat kita malas memulai bahkan meneruskan tulisan kita.

Hambatan menulis bisa berasal dari diri sendiri seperti tidak ada motivasi untuk menulis terus menerus, atau selalu merasa tidak puas atas hasil tulisan yang kita buat. Hambatan lain berasal dari luar diri kita, seperti aturan-aturan bahasa, perbendaharaan kata, perbendaharaan gagasan, dan lain sebagainya. Dalam praktiknya hambatan menulis ini seperti merasa bahwa menulis itu beban, membaca sebagai siksaan, menulis mendatangkan stress, tidak percaya diri menulis, tidak punya waktu untuk menulis, bingung mencari ide untuk menulis, blank/ kabur ditengah-tengah proses menulis dan lain-lain.

Awali dengan membaca

Permasalahan niat menulis tentu tidak diragukkan dapat membuka pikiran kita untuk menulis. Selanjutnya usaha keras, merupakan hal klise, segala sesuatu dapat berjalan dengan baik dan cepat menuju sasaran yang tepat tentu saja dengan kerja keras. Mari beranjak kepada hal-hal yang praktis, seperti membaca.

Membaca adalah awal yang cerdas bahkan mutlak untuk menjadi penulis. Baca sebanyak-banyaknya buku dengan berbagai jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi. Dengan begitu khazanah pengetahuan menjadi lebih luas, ragam bahasa menjadi lebih kaya, dan pikiran terbuka. Ketika seluruh manfaat membaca tersebut sudah dirasakan, otomatis ide-ide akan muncul. Tapi hati-hati, banyak orang yang sering membaca banyak buku, tapi setelah selesai dia tidak tau apa yang dia baca. Berbagai buku yang dibaca tidak akan hinggap di pikiran atau hati kita jika kita tidak mengikatnya.



Mengikat Makna

Hernowo, dalam bukunya Mengikat Makna, mengatakan, mengikat makna akan menunjukkan kepada siapa saja yang ingin menerjuni dunia baca tulis, bahwa membaca memerlukan menulis dan menulis memerlukan membaca. Dengan mengikat makna, kita bisa memahami serta mengikat poin penting (makna) yang terdapat dalam tulisan yang kita baca. Hal ini secara otomatis memperkaya diri kita dengan kata-kata.

Kegiatan mengikat makna dilakukan di ruang privasi. Sehingga kita tidak di-intervensi menentukan mana yang bermakna mana yang tidak. Semuanya tergantung subjektifitas kita. Tulis kembali dan kembangkan hal-hal bermakna dari apa yang kita baca, usahakan menggunakan kata ganti orang pertama, sehingga diri kita terlibatkan secara total.

*selanjutnya teknik clustering……c u latter…..stay tune yaaa..^_^