Minggu, 19 April 2009

kedudukan 0-0

Wanita lahir karna pria, dan pria lahir karna wanita

Kalimat diatas mungkin dapat mewakili ungkapan kalau wanita dan pria itu sama saja dan mempunyai potensi yang sama untuk berkarya dan membuat perubahan. Yang membedakan antara dua makhluk Allah ini adalah aspek biologisnya. Aspek biologis yang menuntut wanita atau pria berperan sesuai dengan yang Allah anugerahkan. Tapi pada dasarnya keduanya semata-mata diutus kemuka bumi untuk memakmurkan bumi.
Tapi tak bisa dipungkiri kalau belum semua wanita dan pria menyadari hal itu. Pengetahuan sebatas pengetahuan, tetapi tetap saja masih banyak wanita yang underestimate terhadap dirinya sendiri. Meresa lemah, dan tak berdaya. Itu mungkin yang mengakibatkan rendahnya n’ach (need for acchievment) pada diri sebagian wanita Indonesia.
Mengawali semuanya, mungkin ada baiknya kalau kita mendengarkan sebuah hadist sahih yang singkat tetapi padat, “Sesungguhnya wanita itu sejajar dengan pria”. Wanita itu sama saja dengan pria, oleh karena itu hukum yang berlaku untuk pria sama dengan hukum yang berlaku untuk wanita, kecuali yang dikhususkan untuk wanita agar sesuai dengan tabiatnya. Seperti sebuah petikan Firman Allah yang berbunyi:
…..”Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal diantara kalian, baik pria maupun wanita, (karena) sebagian kamu adalah sebagian dari sebagian yang lain…” (QS. Ali Imran : 195)
Pria berasal dari wanita dan wanita berasal dari pria. Bukan musuh, bukan lawan. Kedudukan antara pria dan wanita pada dasarnya adalah draw pada posisi 0-0 tinggal seberapa besar manfaat yang satu bagi yang lainnyalah yang membuat wanita atau pria menjadi lebih baik. Karena sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya.
Dengan demikian sebetulnya pekerjaan atau keahlian antara pria dan wanita tidak bisa dikotak-kotakkan. Misalnya pekerjaan tertentu hanya bisa dilakukan laki-laki atau pekerjaan tertentu hanya bisa dilakukan oleh perempuan, yang membatasi keduanya hanyalah kemampuan masing-masing serta syariat. Selama mampu dan tidak bertentangan dengan syariat pekerjaan apapun bisa dilakukan oleh siapapun.
Berdasarkan sejarah, banyak juga wanita yang menjadi ahli hadits, ilmuan, dan lain-lain,. Itu menunjukkan bahsa dari dulu wanita memang sangat dihargai oleh Islam. Bahkan Muslim pertama dan syuhada pertama adalah wanita.
Siti Khadijah adalah wanita pertama yang menerima dakwah dari Rasulullah saw. Rasul menemuinya setelah Jibril turun dan membacakan ayat-ayat Alquran pertama.
Sedangkan syuhada pertama dalam Islam adalah Sumayyah, ibu Ammar ibn Yasir, Istri yasir. Mereka sekeluarga diuji oleh Allah Swt. Dengan mendapat siksaan yang berat dari Quraisy, Abu Jahal dan yang lainnya. Mereka dipanggang dibawah api penyiksaan. Nabi saw lewat saat disiksa, tetapi tidak bia berbuat apa-apa selain berkata, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat kalian adalah surga”. Abu jahal juga menusuk dada Sumayyah dengan tombak setelah itu suaminya. Mereka meninggal sebagai syuhada.
Beberapa cerita diatas mungkin sengaja ditunjukkan Allah untuk menggugah hati para wanita pada abad ini.
Wanita tidak mungkin lahir tanpa ada laki-laki, dan laki-laki tak mungkin lahir tanpa ada wanita. Maka salah besar yang terjadi pada zaman jahiliyah yang menganggap kealahiran anak perempuan adalah cela, aib dan kesialan. Melainkan telah lahir seorang makhluk yang dapat membawa ketentraman bagi keluarga, perhiasan dunia. Karena dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang sholehah.
Allah menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan, ada siang ada malam, ada langit ada bumi, ada wanita ada laki-laki. Semua itu diciptakan untuk saling melengkapi. Kekurangan yang satu dapat ditutupi oleh yang satunya. Keduanya harus punya kepercayaan yang tinggi untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tapi, bukan lantas menjadi terlalu permisive terhadap semua budaya barat yang menjadikan wanita sebagai objek dan menghalalkan segala hal dibalik kata “emansipasi wanita”.
Sejak datangnya Islam sebetulnya emansipasi wanita sudah ditegakkan, Islam begitu melindungi wanita. Syariat yang terdapat pada Alquran maupun hadits dari Nabi Muhammad, semuanya menujukkan betapa Al-Quran sangat menghargai wanita dan menempatkan wanita pada posisi yang sama dengan pria, yang membedakan diantara keduanya tiada lain adalah amal perbuatan dan ketaqwaannya. Jadi untuk para wanita dan pria yang percaya terhadap emansipasi wanita, mungkin yang dapat kita lakukan adalah back to nature, alias back to Alquran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar